Sebelum membeli suatu produk atau jasa, umumnya
konsumen melakukan evaluasi untuk melakukan pemilihan
produk atau jasa. Evaluasi dan pemilihan yang digunakan akan menghasilkan suatu
keputusan. Pengambilan keputusan sendiri merupakan sebuah proses yang terdiri
dari beberapa tahap, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif
sebelum pembelian, pembelian, konsumsi, dan evaluasi alternatif sesudah pembelian
(Engel,1995). Selanjutnya akan dijelaskan mengenai proses pengambilan keputusan
membeli yang meliputi pengertian proses pengambilan keputusan membeli, tahap-tahap
dalam proses pengambilan keputusan membeli, tingkatan dalam proses pengambilan
keputusan membeli serta faktor apa saja yang mempengaruhi proses pengambilan
keputusan membeli.
Konsumen adalah bagian terpenting dalam target
pasar suatu perusahaan. Konsumen yang konsumtif juga merupakan sasaran utama
para peserta pasar dan perusahaan. Tetapi, kadang konsumen kurang berhati- hati
dalam melakukan pembelian sehinggam menimbulkan kerugian sepihak. Maka dari
itu, harus dilakukan evaluasi alternatif yang dilakukan oleh konsumen sebelum
mengambil keputusan untuk membeli.
Adapun pertimbangan yang dilakukan konsumen
sebagai berikut :
- Produk yang murah – Produk yang mahal, tingkat ekonomi suatu negara mempengaruhi konsumen untuk megkonsumsi barang- barang yang harganya relatif murah. Hanya beberapa persen penduduk yang berani mengkonsumsi suatu produk atau jasa dengan harga yang mahal. Selebihnya, berpikir 3 sampai 4 kali untuk membelinya.
- Pembelian yang sering – Pembelian yang jarang, barang atau jasa yang sering dibeli.
- Merek yang biasa - merek yang terkenal.
Analisis pengambilan keputusan oleh konsumen
- Sudut pandang ekonomis, konsumen sebagai orang yang membuat keputusan secara rasional harus mengetahui semua kelemahan dan kekuatan produk atau jasa yang dibelinya serta mempertimbangkan kegunaannya untuk jangka pendek, menengah dan panjang.
- Sudut pandang kognitif, konsumen merupakan pengelolah informasi yang selalu mencari tahu apa saja tentang produk dan jasa yang dibutuhkan. Pengelola informasi selalu berujung pada pilihan unutk membeli atau menolak produk tersebut.
- Sudut pandang emosional, konsumen yang memiliki sifat cenderung mengkoleksi atau emmfavoritkan suatu barang atau jasa dan akan melakukan apa pun demi mendapatkannya termasuk dalam golongan ini, sehingga anggapan emotional man itu tidak rasional adalah tidak benar. Tetapi, bila sudah mendapatkan produk yang membuat perasaan mereka lebih baik, maka keputusan yag mereka ambil merupakan keputusan rasional.
Dalam perilaku konsumen, evaluasi alternatif
sebelum pembelian itu sangat perlu, karena yang namanya membeli kitapun sebagai
konsumen juga harus teliti betul dengan barang yang ingin kita beli. Karena
tekadang, meskipun barang yang dipasarkan bagus pasti terkadang ada cacatnya.
Kemudian yang kedua hal yang biasa terjadi itu harganya, yang sebenarnya harga tersebut
aslinya sangat murah, tetapi jika kita tidak teliti dan pintar-pintar dalam
membeli kita juga akan tertipu dengan penjualan yang harganya cukup mahal.
Kemudian dari segi kualitasnya, terkadang harga mahal tidak menjamin bahwa
barang tersebut merupakan barang yang bagus, sama saja tas mahal dengan kulit
sapi atau kulit lainnya, apabila tidak dirawat lama-kelamaan pasti kulit
tersebut akan mengelupas dengan sendirinya. Dan malahan terkadang tas dengan
harga urah malah justru barangnya lebih bagus dibandingkan dengan tas yang
harganya lebih mahal. Lalu dari segi keterkenalan barang tersebut, terkadang
barang yang tidak terkenal bisa disebut sebagai barang yang tidak laku, atau
bisa jadi barang tersebut memang tidak banyak peminatnya atau bisa jadi barang
tersebut memang limited edition (satu-satunya). Pasti barang yang namanya
sarang satu-satunya biasanya dijual di toko-toko tertentu dan memang sengaja
diproduksi hanya satu barang itu saja, dan harganyapun juga lumayan mahal,
apabila barang itu bagus. Namun lain halnya jika barang yang tidak laku atau
tidak banyak peminatnya, itu biasanya barang tersebut tidak bagus atau tidak
menarik para konsumen sehingga barang terseut tidak laku terjual. Biasanya jika
di mall-mall apabila banyak barang yang cacat sedikit atau tidak laku, biasanya
mereka akan mengadakan cuci gudang dengan memberikan diskon, tujuannya agar
modal mereka kembali.
Tiga faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen:
- Konsumen
individu, Pilihan merk dipengaruhi oleh kebutuhan konsumen,
persepsi atas karakteristik merk dan sikap ke arah pilihan. Sebagai
tambahan, pilihan merk dipengaruhi oleh demografi konsumen, gaya hidup dan
karakteristik personalia.
- Pengaruh lingkungan, Lingkungan pembelian konsumen ditunjukkan oleh budaya (norma kemasyarakatan, pengaruh kedaerahan atau kesukuan), kelas sosial, teman, anggota eluarga dan faktor yang menentukan situasional.
- Marketing strategy, Pemasaran yang baik adalah pemasaran yangmempunyai banyak data atau informasi dari konsumen untuk evaluasi dalam proses pengambilan keputsan, sehingga pangsa pasar dapat tepat sasaran.
Kriteria Evaluasi
Kriteria
evaluasi berisi dimensi atau atribut tertentu yang digunakan dalam menilai
alternative-alternative pilihan. Kriteria alternative dapat muncul dalam
berbagai bentuk misalnya dalam membeli mobil seorang konsumen mungkin
mempertimbangkan kriteria keselamatan, kenyamanan, harga, merek, Negara
asal(country of origin) dan juga aspekhedonik seperti gengsi, kebahagiaan,
kesenangan dan sebagainya.
Beberapa kriteria eveluasi yang umum adalah:
- Harga
Harga menentukan pemilihan alternatif. Konsumen cenderung akan memiliha harga yang murahuntuk suatu produk yang ia tahu spesifikasinya. Namun jika konsumen tidak bisa mengevaluasi kualitas produk maka harga merupakan indicator kualitas. Oleh karena itu strategi harga hendaknya disesuaikan dengan karakteristik produk. - Nama Merek, Merek
terbukti menjadi determinan penting dalam pembelian obat. Nampaknya merek
merupakan penganti dari mutu dan spesifikasi produk. Ketika konsumen sulit
menilai criteria kualitas produk, kepercayaan pada merek lama yang sudah
memiliki reputasi baik dapat mengurangi resiko kesalahan dalam pembelian.
- Negara asal, Negara dimana
suatu produk dihasilkan menjadi pertimbangan penting dikalangan konsumen.
negara asal sering mencitrakan kualitas produk. Konsumen mungkin sudah
tidak meraguakan lagi kualitas produk elektronik dari Jepan. Sementara,
untuk jam tangan nampaknya jam tangan buatan Swiss meruapak produk yang
handal tak teragukan.
- Saliensi ( Atribut yang
mencolok), Konsep saliensi mencerminkan ide bahwa kriteria evaluasi
kerap berbeda pengaruhnya untuk konsumen yang berbeda dan juga produk yang
berbeda. Pada suatu produk mungkin seorang konsumen mempertimbangkan bahwa
harga adalah hal yang penting, tetapi tidak untuk produk yang lain.
Atribut yang mencolok (salient) yang benar-benar mempengaruhi proses
evaluasi disebut sebagai atribut determinan.
Empat Tipe Proses Pembelian Konsumen
- Proses Complex Decision Making, terjadi bila keterlibatan kepentingan tinggi pada
pengambilan keputusan yang terjadi. Contoh pengambilan untuk membeli
sistem fotografi elektronik seperti Mavica atau keputusan untuk membeli
mobil. Dalam kasus seperti ini, konsumen secara aktif mencari informasi
untuk mengevaluasi dan mempertimbangkan pilihan beberapa merek dengan
menetapkan kriteria tertentu seperti kemudahan dibawa dan resolusi untuk
sistem kamera elektronik, dan untuk mobil adalah hemat, daya tahan tinggi,
dan peralatan. Subjek pengambilan keputusan yang komplek adalah sangat
penting. Konsep perilaku kunci seperti persepsi, sikap, dan pencarian
informasi yang relevan untuk pengembangan stratergi pemasaran.
- Proses Brand Loyalty, Ketika pilihan
berulang, konsumen belajar dari pengalaman masa lalu dan membeli merek
yang memberikan kepuasan dengan sedikit atau tidak ada proses pertimbangan
dalam pengambilan keputusan. Contoh pembelian sepatu karet basket merek
Nike atau sereal Kellogg,s Nutrific. Dalam setiap kasus disini pembelian
adalah penting untuk konsumen, sepatu basket karena keterlibatan
kepentingan dalam olah raga, makanan sereal untuk orang dewasa karena
kebutuhan nutrisi. Loyalitas merek muncul dari kepuasan pembelian yang
lalu. Sehingga, pencarian informasi dan evaluasi merek terbatas atau tidak
penting keberadaannya dalam konsumen memutuskan membeli merek yang
sama.Dua tipe yang lain dari proses pembelian konsumen dimana konsumen
tidak terlibat atau keterlibatan kepentingan yang rendah dengan barangnya
adalah tipe pengambilan keputusan terbatas dan proses inertia.
- Proses Limited Decision Making, Konsumen kadang-kadang mengambil keputusan walaupun
mereka tidak memiliki keterlibatan kepentingan yang tinggi, mereka hanya
memiliki sedikit pengalaman masa lalu dari produk tersebut. Konsumen
membeli barang mencoba-coba untuk membandingkan terhadap makanan snack
yang biasanya dikonsumsi. Pencarian informasi dan evaluasi terhadap
pilihan merek lebih terbatas dibanding pada proses pengambilan keputusan
yang komplek. Pengambilan keputusan terbatas juga terjadi ketika konsumen
mencari variasi. Kepitusan itu tidak direncanakan, biasanya dilakukan
seketika berada dalam toko. Keterlibatan kepentingan yang rendah, konsumen
cenderung akan berganti merek apabila sudah bosan mencari variasi lain
sebagai perilaku pencari variasi akan melakukan apabila resikonya minimal.
Catatan proses pengambilan keputusan adalah lebih kepada kekhasan konsumen
daripada kekhasan barang. Karena itu tingkat keterlibatan kepentingan dan
pengambilan keputusan tergantung lebih kepada sikap konsumen terhadap
produk daripada karakteristik produk itu sendiri. Seorang konsumen mungkin
terlibat kepentingan memilih produk makanan sereal dewasa karena nilai
nutrisinya, konsumen lain mungkin lebih menekankan kepada kecantikan dan
menggeser merek dalam mencari variasi.
- Proses Inertia, Tingkat
kepentingan dengan barang adalah rendah dan tidak ada pengambilan
keputusan. Inertia berarti konsumen membeli merek yang sama bukan karena
loyal kepada merek tersebut, tetapi karena tidak ada waktu yang cukup dan
ada hambatan untuk mencari alternatif, proses pencarian informasi pasif
terhadap evaluasi dan pemilihan merek. Robertson berpendapat bahwa dibawah
kondisi keterlibatan kepentingan yang rendah “ kesetiaan merek hanya
menggambarkan convenience yang melekat dalam perilaku yang berulang
daripada perjanjian untuk membeli merek tersebut” contoh pembelian sayur
dan kertas tisu.
Tahap-tahap Dalam Proses Pembelian
- Menganalisa Keinginan dan
Kebutuhan, Penganalisaan keinginan dan kebutuhan ini ditujukan
terutama untuk mengetahui adanya keinginan dan kebutuhan yang belum
terpenuhi atau terpuaskan
- Menilai Sumber-sumber, Tahap
kedua dalam proses pembelian ini sangat berkaitan dengan lamanya waktu dan
jumlah uang yang tersedia untuk membeli.
- Menetapkan Tujuan Pembelian, Tahap ketika
konsumen memutuskan untuk tujuan apa pembelian dilakukan, yang bergantung
pada jenis produk dan kebutuhannya
- Mengidentifikasikan Alternatif
Pembelian, Tahap ketika konsumen mulai mengidentifikasikan berbagai
alternatif pembelian
- Keputusan Membeli, Tahap
ketika konsumen mengambil keputusan apakah membeli atau tidak. Jika
dianggap bahwa keputusan yang diambil adalah membeli, maka pembeli akan
menjumpai serangkaian keputusan menyangkut jenis produk, bentuk produk,
merk, penjual, kuantitas, waktu pembelian dan cara pembayarannya
Perilaku Sesudah
Pembelian, Tahap terakhir yaitu ketika konsumen sudah melakukan
pembelian terhadap produk tertentu
Source:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar