Kamis, 26 Desember 2013

Pengaruh Kebudayaan terhadap Pembelian dan Konsumsi

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan. Selain itu perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa. Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.
Pengaruh kebudayaan terhadap pembelian dan konsumsi sangat besar. Dengan kebudayaan yang telah tertanam dalam diri seseorang dapat berpengaruh dalam melihat suatu masalah,seperti dalam proses pembelian dan konsumsi. Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya – sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis. Banyak subbudaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar seringkali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Begitu banyak kebudayaan-kebudayaan yang terlahir di Indonesia,hal ini dapat terlihat dari masyarakat Indonesia yang beragam,dan dari kebudayaan-kebudyayaan itu lah yang membuat kegiatan pembelian dan konsumsi masyarakat Indonesia semakin meningkat. Saya akan menjelaskan beberapa contoh kebudayaan yang ada di Indonesia yang mempengaruhi pembelian dan konsumsi masyarakat Indonesia.
Beras merupakan makanan pokok masayarakat Indonesia,ini sudah menjadi kebiasaan atau bisa disebut kebudayaan yang tanpa sadar telah mengakar dalam diri masyarakat Indonesia sehingga tercipta lah kalimat “belum makan nasi berarti belum makan”,sehingga pembelian beras sangat tinggi di Indonesia bahkan ada produsen yang mengimpor beras untuk mendapat kuliatas yang bagus dibandingkan kualitas beras di Indonesia guna menarik minat para konsumen.
Budaya hari raya merupakan hal yang selalu terjadi setiap tahunnya. Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki 5 agama dalam satu negara,saat hari raya besar yang berasal dari 5 agama berlangsung akan sangat mempengaruhi konsumsi masyarakat. Seperti hari raya Idul fitri atau lebaran,budaya yang telah tertanam dalam masyrakat Indonesia sejak dulu adalah menyediakan ketupat dan opor ayam,kedua makanan ini merupakan makanan yang dianggap wajib dalam memeriahkan idul Fitri. Dengan budaya yang seperti ini pembelian dan konsumsi ayam dan beras akan sangat meningkat sehingga sangat menguntungkan bagi para pedagang,begitu pula saat natal tiba pembelian pernak-pernik natal akan meningkat tajam.
Pernikahan di Indonesia merupakan hal yang dianggap sakral dan penting,bagi masyarakat Indonesia pernikahan harus diadakan sesuai kebudayaan yang dimiliki masing-masing masyarakat. Dengan adanya pernikahan maka pembelian barang-barang yang berhubungan dengan pernikahan itu pun meningkat. Dan perlu diingat bahwa kebudayaan-kebudayaan di Indonesia merupakan kebudayaan yang dapat dibilang “rumit”,sehingga hal ini dapat meningkat konsumsi seseorang.

Contoh terakhir yang akan saya jelaskan adalah kebudayaan luar yang masuk ke Indonesia. Dijaman globalisasi ini tidak dapat dipungkiri lagi bahwa banyak kebudayaan-kebudayaan luar yang masuk ke Indonesia yang dapat mempengaruhi pandangan masayrakat dan hal ini juga dapat membuat seseorang menjadi lebih konsumtif. Sebagai contoh kebudayaan luar yang masuk ke Indonesia baru-baru ini adalah kebudayaan korea. Masayarakat Indonesia sekarang sedang mengandrungi artis-artis korea dari boyband/girlband sampai aktor/aktrisnya. Dengan dia mengidolakan artis yang berasal dari negara gingseng tersebut membuat seseorang akan selalu berusaha membeli apapun yang berhubungan dengan artis tersebut,seperti  pakaian maupun pernak-pernik yang sama yang digunakan artis tersebut. Dan hal ini akan meningkatkan sifat konsumtif seseorang.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa kebudayan merupakan pengaruh yang besar terhadapan pembelian dan konsumsi seseorang. Yang kita perlukan disini adalah kebijaksanaan dari diri masing-masing untuk memilah apa saja yang sebenernya kita butuhkan bukan hanya sekadar “lapar mata” sehingga kita bisa menjadi konsumen yang baik tanpa merugikan pihak manapun.


Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar