Jumat, 18 November 2011

IBU

IBU..
Terkadang salah dan kekecewaan yang aku beri
Tak termaafkan mungkin kesalahan yang aku lakukan selama ini
Namun, tak pernah sedikitpun kau punya rasa benci
IBU..
Hatimu lebih dari sebuah berlian atau mutiara
Hatimu begitu besar dan mulia
Tak berbanding dengan apapun di dunia
Hanya satu hal yang aku tahu
Kau bak peri yang selalu sabar dan selalu tersenyum berseri
Disetiap menatap hari-hari
Betapa tak bergunanya diri ini
Betapa sia-sianya hidup ini karna tak mampunya aku membahagiakanmu
Semoga hatimu selalu dan masih ada untukku
Sampai datangnya hari akhir nanti





Ber-Ibu Kandung Seekor Kucing

            Jika kita sudah memiliki sesuatu, alangkah baiknya jika kita mensyukuri apa yang kita miliki itu. Itulah pelajaran berharga yang dipetik oleh dua kakak beradik bernama Mimi dan Mini.
            Mimi dan Mini adalah dua bersaudara yang tinggal di sebuah desa. Keduanya baik hati serta cantik rupa. Tak heran beberapa pemuda mulai banyak yang melirik ke mereka. Mereka tak ada yang tahu bahwa ibu kandung kedua gadis jelita itu adalah seekor kucing. Meski demikian, kedua gadis itu sangat menyayangi ibu mereka.
            Suatu hari ada dua pemuda dating bertandang ke rumah mereka. Mereka berdua bermaksud melamar dua gadis itu. Namun sesampainya disana, mereka mengetahui bahwa ternyata calon mertua mereka adalah seekor kucing. Lalu mereka membatalkan niatnya. Malulah hati kedua gadis itu.
            Mimi dan Mini lalu mulai berpikir-pikir untuk mencari ibu baru bagi mereka. Bukan seekor kucing, seperti ibunya sekarang. Mimi, sang kakak, lalu mengusulkan untuk meminta matahari menjadi ibu mereka.
            “Lihatlah Matahari di langit itu, Mini. Kalau pagi betapa indahnya. Jika siang, kelihatan gagah sekali. Ia menyinari seluruh jagat raya ini. Tidak banggakah kau jika memiliki ibu seperti sang matahari?”
            Mini mengiyakan perkataan kakaknya itu.
            Lalu mereka datang ke matahari.
            “Wahai Matahari, betapa gagahnya dirimu. Maukah kau menjadi ibu kami?” ujar kedua anak itu serempak.
            Matahari tersenyum mendengar pujian dua gadis itu.
            “Terima kasih. Tapi aku tak segagah yang kau duga. Jika awan datang, tamatlah sudah riwayatku. Jadi menurutku awanlah yang tepat menjadi ibumu.”
            Keduanya lalu pergi mencari awan.
            Ketika sudah bertemu, Mini berkata “Hai Awan, bentukmu indah sekali bagai kapas. Tapi kalau tubuhmu sudah berubah hitam, kau Nampak gagah sekali. Matahari saja bisa kau kalahkan.” Katanya.
            “Awan, Awan, maukah kau menjadi ibu kami?” Tanya mereka berdua serempak.
            “Terima kasih kau mempercayaiku. Tapi aku tak segagah dugaan kalian. Jika angin datang, aku bisa terempas ke gunung. Matilah aku. Jadi menurutku gunung itu lebih gagah dariku,” kata Awan.
            Mereka pun lalu pergi lagi. Kali ini hendak mencari gunung.
            Setelah bertemu, lalu mereka minta kepada gunung agar mau menjadi ibu mereka.
            “Gunung, Gunung, maukah kau menjadi ibu kami? Engkau begitu gagah dan nampak kuat!” kata dua kakak beradik itu.
            “Ya, tubuhku memang begitu besar. Tapi sebenarnya aku tak segagah yang kau kira. Lihat saja. Badanku ini penuh lobang. Tahukah kau siapakah yang sudah mengalahkan aku? Tikus! Ya, tubuhku yang besar ini kalah oleh tikus. Jadi, kalau kau hendak mencari ibu yang gagah, carilah tikus,” jawab Gunung.
            Tiba-tiba mereka melihat seekor tikus melintas.
            “Wahai Tikus!!” sapa mereka serempak.
            “Ya, ada apa?”
            “Tikiuys, Tikus, tubuhmu begitu kecil. Tapi engkau sungguh gagah. Siapa sangka binatang kecil sepertimu bisa mengalahkan gunung yang begitu besar. Tikus, maukah kau menjadi ibu kami berdua?” Tanya gadis-gadis itu.
            Tikus itu tersenyum mendapat pujian mereka. Namun kemudian melanjutkan, “Memang demikianlah keadaanku. Aku bisa menggerogoti gunung. Tapi tak tahukah kau, aku sangat takut dengan kucing!” katanya.
            Mendengar kalimat terakhir yang diucapkan tikus itu, sadarlah kedua gadis itu apa yang mereka miliki ternyata sudah yang paling baik. Mereka menjadi malu sekali. Lalu mereka pun pulang. Sampai dirumah, mereka tidak menceritakan apapun pada ibunya, si Kucing itu. Namun, sejak saat itu, mereka sangat menyayangi ibunya itu, meski ibunya hanyalah seekor kucing.
Dari sebuah cerita rakyat yang berasal dari Jambi tersebut dapat diambil suatu pelajaran ibu adalah seseorang yang paling harus kita hormati dan kasihi didunia ini, tak perduli sosoknya seperti apa tetap dialah yang telah melahirkan dan membawa kita masuk ke dalam dunia ini oleh karena itu sudah sepatutnya dan sewajarnya kita menyayangi dia dan memberikan sesuatu yang terbaik buatnya karena seberapa besarnya kasih sayang kita sebagai anak untuk dia tak akan pernah bisa dibandingkan dengan seberapa besarnya kasih dan sayang mereka untuk kita.
I love you mom yesterday, today, next day until forever.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar