Tsunami mentawai atau gempa mentawai yang menerjang kawasan Sumatra barat ini telah banyak menelan korban, kejadian gempa berkekuatan 7,2 SR yang kemudian di ikuti dengan gelombang tsunami tersebut setidaknya sudah menelan 311 korban meninggal sampi hari ini, selain itu diperkirakan korban yang hilang akibat terjangan tsunami mentawai tersebut mencari 400an orang
Berikut ini kronologi Awal mula terjadinya sunami mentawai berawal dari gempa berkekuatan 7,2 skala Richter (7,7 SR versi USGS) mengguncang kawasan Mentawai, Sumatera Barat, pada pukul 21.42 WIB, dimana gempa tersebut dinyatakan berpotensi tsunami, kemudian pada sekitar pukul 22.38 WIB, peringatan tsunami dicabut dan dinyatakan nihil.
Akan tetapi Seorang warga Australia melaporkan menjadi saksi peristiwa tsunami yang diperkirankan setinggi tiga meter yang terjadi setelah gempa Mentawai.
Warga australi tersebut bernama Rick Hallet yang kemudain membuat kesaksian kepada Nine Network dia berkata saat tsunami mentawai tersjai dia berada di kapal carteran yang mereka sewa untuk surfing saat dinding air berwarna putih menggulung mereka di perairan Pulau Mentawai, sekitar pukul 22.00 WIB.
Seperti pengakuan yang dimuat SkyNews Australia, Selasa 26 Oktober 2010, dimana gelombang hebat tersebut menyapu sebuah perahu lain ke arah kapal mereka, menabrakkannya, dan menyebabkan ledakan.sehingga mengakibatkan munculnya bola api di bagian belakang kapal.
Hallet mengaku, ia memerintahkan semua orang pergi ke dek teratas, melemparkan benda apapun yang bisa mengapung seperti papan selancar kemudian mereka terjun ke laut.
Beberapa tamu terbawa 200 meter ke arah pulau dan tinggal di atas pohon hingga diselamatkan perahu lain 90 menit kemudian, itulah awal mula terjadinya Tsunami mentawai dimana hingga saat ini data korban yang meninggal sudah mencapai 311 orang dan sampai sekarang jumlah korban tersbut kemungkinan besar masih akan bertambah karena daftar orang yang dinyatakan hilang karena tsunami dan gempa mentawi tersebut diperkirakan masih berjumlah 400 orangKerugian Akibat Gempa & Tsunami Mentawai Mencapai Rp 19,16 M
REPUBLIKA.CO.ID, PADANG--Nilai kerusakan dan kerugian pada sektor infrastruktur di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat, akibat bencana gempa diikuti tsunami pada 25 Oktober 2010 ditaksir mencapai Rp 19,16 miliar. Dalam dokumen Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi pascatsunami Mentawai disusun Bappenas, BNPB, Pemprov dan BPBD Sumbar, Pemkab serta BPBD Mentawai seperti dikutip di Padang, Selasa menyebutkan dampak bencana itu terhadap sektor infrastruktur tidak signifikan dibandingkan sektor lainnya.
Tidak signifikannya kerusakan infrastruktur dikarenakan Mentawai merupakan wilayah tertinggal di kawasan pesisir pantai Barat Indonesia yang sangat minim infrastruktur, baik transportasi darat, udara maupun laut. Infrastruktur lain di bidang energi, telekomunikasi dan sumber daya air juga masih sangat minim, sehingga tidak banyak kena dampak oleh gempa dan tsunami.
Secara keseluruhan dampak bencana ini terhadap sektor infrastruktur Mentawai hanya sekitar Rp 19,16 milyar yang hampir seluruhnya pada sub-sektor transportasi dengan kerusakan dan kerugian terbesar pada transportasi darat yang meliputi kerusakan pada jalan dan jembatan mencapai Rp 17,24 miliar dan kerugian Rp 1,80 miliar.
Sementara itu, nilai total kerusakan dan kerugian ditimbulkan tsunami yang melanda Pulau Sikakap, Kabupaten Kepulauan Mentawai, itu ditaksir mencapai total Rp 348,92 miliar. Kerusakan dan kerugian terbesar terjadi pada sektor ekonomi yang mencapai total Rp 117,82 miliar, disusul sektor perumahan dengan total Rp 115,82 miliar dan lintas sektor dengan total Rp 79,44 miliar.
Selanjutnya, kerusakan dan kerugian pada sektor infrastruktur mencapai total Rp 19,16 miliar dan sektor sosial sebesar total Rp 16,66 miliar. Gempa diikuti tsunami itu juga menimbulkan korban tewas sebanyak 509 orang, 17 orang luka berat, 21 orang hilang dan 11.425 orang luka-luka.
Berikut ini kronologi Awal mula terjadinya sunami mentawai berawal dari gempa berkekuatan 7,2 skala Richter (7,7 SR versi USGS) mengguncang kawasan Mentawai, Sumatera Barat, pada pukul 21.42 WIB, dimana gempa tersebut dinyatakan berpotensi tsunami, kemudian pada sekitar pukul 22.38 WIB, peringatan tsunami dicabut dan dinyatakan nihil.
Akan tetapi Seorang warga Australia melaporkan menjadi saksi peristiwa tsunami yang diperkirankan setinggi tiga meter yang terjadi setelah gempa Mentawai.
Warga australi tersebut bernama Rick Hallet yang kemudain membuat kesaksian kepada Nine Network dia berkata saat tsunami mentawai tersjai dia berada di kapal carteran yang mereka sewa untuk surfing saat dinding air berwarna putih menggulung mereka di perairan Pulau Mentawai, sekitar pukul 22.00 WIB.
Seperti pengakuan yang dimuat SkyNews Australia, Selasa 26 Oktober 2010, dimana gelombang hebat tersebut menyapu sebuah perahu lain ke arah kapal mereka, menabrakkannya, dan menyebabkan ledakan.sehingga mengakibatkan munculnya bola api di bagian belakang kapal.
Hallet mengaku, ia memerintahkan semua orang pergi ke dek teratas, melemparkan benda apapun yang bisa mengapung seperti papan selancar kemudian mereka terjun ke laut.
Beberapa tamu terbawa 200 meter ke arah pulau dan tinggal di atas pohon hingga diselamatkan perahu lain 90 menit kemudian, itulah awal mula terjadinya Tsunami mentawai dimana hingga saat ini data korban yang meninggal sudah mencapai 311 orang dan sampai sekarang jumlah korban tersbut kemungkinan besar masih akan bertambah karena daftar orang yang dinyatakan hilang karena tsunami dan gempa mentawi tersebut diperkirakan masih berjumlah 400 orang
Tidak signifikannya kerusakan infrastruktur dikarenakan Mentawai merupakan wilayah tertinggal di kawasan pesisir pantai Barat Indonesia yang sangat minim infrastruktur, baik transportasi darat, udara maupun laut. Infrastruktur lain di bidang energi, telekomunikasi dan sumber daya air juga masih sangat minim, sehingga tidak banyak kena dampak oleh gempa dan tsunami.
Secara keseluruhan dampak bencana ini terhadap sektor infrastruktur Mentawai hanya sekitar Rp 19,16 milyar yang hampir seluruhnya pada sub-sektor transportasi dengan kerusakan dan kerugian terbesar pada transportasi darat yang meliputi kerusakan pada jalan dan jembatan mencapai Rp 17,24 miliar dan kerugian Rp 1,80 miliar.
Sementara itu, nilai total kerusakan dan kerugian ditimbulkan tsunami yang melanda Pulau Sikakap, Kabupaten Kepulauan Mentawai, itu ditaksir mencapai total Rp 348,92 miliar. Kerusakan dan kerugian terbesar terjadi pada sektor ekonomi yang mencapai total Rp 117,82 miliar, disusul sektor perumahan dengan total Rp 115,82 miliar dan lintas sektor dengan total Rp 79,44 miliar.
Selanjutnya, kerusakan dan kerugian pada sektor infrastruktur mencapai total Rp 19,16 miliar dan sektor sosial sebesar total Rp 16,66 miliar. Gempa diikuti tsunami itu juga menimbulkan korban tewas sebanyak 509 orang, 17 orang luka berat, 21 orang hilang dan 11.425 orang luka-luka.
Rehabilitasi Mentawai Perlu Kesepahaman Bersama
REPUBLIKA.CO.ID,PADANG -- Rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi serta percepatan pembangunan wilayah pascabencana gempa bumi dan tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat (Sumbar), memerlukan kesepakatan bersama antarsemua pihak terkait.
Terkait itu disusun secara bersama panduan rencana aksi tersebut oleh pihak-pihak terkait, demikian data dokumen Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascatsunami Mentawai disusun Bappenas, BNPB, Pemprov dan BPBD Sumbar, Pemkab dan BPBD Mentawai, yang diterima ANTARA di Padang, Ahad (9/1). Buku itu disusun sebagai panduan aksi rehabilitasi dan rekonstruksi serta percepatan pembangunan wilayah di Mentawai pada 2011 hingga 2013.
Dokumen itu menyebutkan, buku rencana itu dimaksudkan untuk membangun kesepahaman dan komitmen antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, dunia usaha, masyarakat, perguruan tinggi, dan lembaga swadaya masyarakat, dalam membangun kembali seluruh sendi kehidupan masyarakat yang terkena dampak bencana di Kepulauan Mentawai. Kemudian, menyelaraskan seluruh kegiatan perencanaan rehabilitasi pascabencana yang disusun oleh pemerintah pusat, melalui kementerian dan Pemerintah Provinsi Sumbar dan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai. Lalu, menyesuaikan perencanaan yang dilakukan pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Mentawai serta menyesuaikan perencanaan rehabilitasi dan rekonstruksi itu dengan perencanaan tahunan pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten yang dituangkan ke dalam rencana kerja pusat dan daerah.
Buku rencana itu juga untuk memberikan gambaran yang jelas kepada pemangku kepentingan lainnya terkait pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana, sehingga tidak terjadi tumpang tindih kegiatan.
Selanjutnya, mengembangkan sistem dan mekanisme mobilisasi pendanaan dari sumber APBN, APBD Provinsi, dan APBD Kabupaten dan masyarakat secara efisien, efektif, transparan, partisipatif dan akuntabel, sesuai prinsip tata pemerintahan yang baik.
Buku itu sekaligus untuk mempersiapkan wilayah Kepulauan Mentawai dalam menghadapi risiko bencana di masa mendatang dengan melakukan percepatan pembangunan pascabencana yang berbasis mitigasi bencana.
Gempa 5,2 SR diikuti tsunami melanda Mentawai 25 Oktober 2010 menimbulkan korban tewas 509 orang, 17 orang luka berat, 21 orang hilang dan 11.425 orang mengungsi serta kerusakan dan kerugian materil senilai total Rp348,92 miliar.
Terkait itu disusun secara bersama panduan rencana aksi tersebut oleh pihak-pihak terkait, demikian data dokumen Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascatsunami Mentawai disusun Bappenas, BNPB, Pemprov dan BPBD Sumbar, Pemkab dan BPBD Mentawai, yang diterima ANTARA di Padang, Ahad (9/1). Buku itu disusun sebagai panduan aksi rehabilitasi dan rekonstruksi serta percepatan pembangunan wilayah di Mentawai pada 2011 hingga 2013.
Dokumen itu menyebutkan, buku rencana itu dimaksudkan untuk membangun kesepahaman dan komitmen antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, dunia usaha, masyarakat, perguruan tinggi, dan lembaga swadaya masyarakat, dalam membangun kembali seluruh sendi kehidupan masyarakat yang terkena dampak bencana di Kepulauan Mentawai. Kemudian, menyelaraskan seluruh kegiatan perencanaan rehabilitasi pascabencana yang disusun oleh pemerintah pusat, melalui kementerian dan Pemerintah Provinsi Sumbar dan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai. Lalu, menyesuaikan perencanaan yang dilakukan pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Mentawai serta menyesuaikan perencanaan rehabilitasi dan rekonstruksi itu dengan perencanaan tahunan pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten yang dituangkan ke dalam rencana kerja pusat dan daerah.
Buku rencana itu juga untuk memberikan gambaran yang jelas kepada pemangku kepentingan lainnya terkait pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana, sehingga tidak terjadi tumpang tindih kegiatan.
Selanjutnya, mengembangkan sistem dan mekanisme mobilisasi pendanaan dari sumber APBN, APBD Provinsi, dan APBD Kabupaten dan masyarakat secara efisien, efektif, transparan, partisipatif dan akuntabel, sesuai prinsip tata pemerintahan yang baik.
Buku itu sekaligus untuk mempersiapkan wilayah Kepulauan Mentawai dalam menghadapi risiko bencana di masa mendatang dengan melakukan percepatan pembangunan pascabencana yang berbasis mitigasi bencana.
Gempa 5,2 SR diikuti tsunami melanda Mentawai 25 Oktober 2010 menimbulkan korban tewas 509 orang, 17 orang luka berat, 21 orang hilang dan 11.425 orang mengungsi serta kerusakan dan kerugian materil senilai total Rp348,92 miliar.
sumber:
http://sugengsetyawan.blogspot.com/2010/10/kronologi-tsunami-mentawai-gempa.html
http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nusantara/11/01/09/157398-rehabilitasi-mentawai-perlu-kesepahaman-bersama